Sunday 7 April 2013

HARAPAN BAJULMATI: Bajulmati:: Akademi Komunitas

HARAPAN BAJULMATI: Bajulmati:: Akademi Komunitas: Potensi Yang Terpendam Bajulmati adalah sebuah Dusun paling selatan-ujung dari kabupaten Malang, yang berjarak kurang lebih 80 ...

Belajar Kejujuran Dengan Permainan Tradisional



Semua orang mendambakan anaknya mempunyai sifat jujur dalam segala hal, sehingga saat dewasa nanti anak-anak akan mempunyai karakter yang sangat baik dalam hidupnya. Kejujuran merupakan karakter dan sifat positif yang wajib dimiliki setiap orang agar dalam bersikap terhadap segala sesuatu dapat dipertanggung jawabkan secara moral.
Ada wacana dalam dunia pendidikan akan dimasukkan kurikulum yang bermuatan tentang kejujuran, hal ini dilakukan karena melihat fenomena yang berkembang saat ini sangat sulit menemukan ‘orang jujur’ di negeri ini. Indikasinya yang sangat mudah adalah semakin banyaknya para pejabat kita yang melakukan tindak kejahatan korupsi di semua bidang. Pertanyaannya, efektifkah bila ‘pendidikan kejujuran’ tersebut dimasukkan dalam kurikulum? Bukankah orang-orang yang melakukan ‘kejahatan korupsi’ itu berpendidikan tinggi, bahkan banyak lulusan luar negeri?
Pendidikan kejujuran tak harus masuk kurikulum, sebab kejujuran itu adalah sifatnya sangat abstrak dan harus terbentuk dari proses yang panjang. Banyak yang mempengaruhi seseorang bisa berlaku jujur, misalnya keluarga, lingkungan pergaulan, kesempatan dan sistem. Seseorang hidup di keluarga yang yang tidak jujur, bisa dipastikan dia akan menjadi orang yang tidak jujur, begitu juga dengan lingkungan pergaulan yang kebanyakan orang tidak jujur maka dia juga akan mempunyai sikap yang tidak jujur. Sistem, orang yang mempunyai sifat jujur namun bekerja pada sistem yang bobrok, ada kecenderungan/keharusan untuk tidak berlaku jujur, maka dia  akan terbawa/hanyut pada sistem tersebut.
Anak-anak sekarang banyak ‘terampas’ waktunya/kebebasannya oleh sistem pendidikan formal, sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain. Para ahli pendidikan beranggapan bermain:permainan tidaklah penting dan membuang-buang waktu, sehingga akan banyak mengganggu pendidikan formalnya/nilainya jatuh dan sebagainya. Padahal tidak semua anggapan itu benar. Banyak pemainan tradisional yang justru mengandung nilai pendidikan yang sangat tinggi, terutama dalam pembentukan karakter dan sifat positif dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu permainan tradisional yang  bisa penulis hadirkan adalah ‘Bermain Kelereng’. Dalam permainan kelereng banyak pelajaran yang bisa diambil untuk pembentukan karakter seseorang. Permainan kelereng ada ‘aturan’ yang harus ditaati selama permainan, aturan tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan kelompok yang harus ditaati oleh semua kelompok. Aturan dibuat sendiri untuk ditaati sendiri, tidak seperti pejabat kita yang bikin aturan sendiri tapi dilanggar sendiri. Manakala aturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota kelompok permainan, maka buyarlah permainan tersebut.
Pelajaran yang sangat menonjol dalam permainan kelereng tersebut adalah nilai kejujuran, apabila ada salah satu anggota kelompok permainan tersebut TIDAK JUJUR maka permainan dipastikan akan berakhir. Ternyata pelajaran kejujuran tidak bisa hanya diteorikan semata di dalam kelas, tapi harus langsung dipraktikkan, seperti dalam permainan kelereng tersebut. Dalam permainan kelereng memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan karakter dan sikap positif dalam segala aktifitasnya terutama sifat kejujuran dan fairness. Kebiasaan bersikap dengan nilai-nilai yang benar merupakan landasan yang kuat dalam menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang.
Hikmah yang bisa diambil dari permainan kelereng diantaranya:
1. Menanamkan nilai-nilai Kejujuran
2. Mengatur Emosi
3. Melatih Kemampuan Motorik
4. Melatih Kemampuan Berfikir/kecerdasan logis (kognitif)
5. Mengembangkan Kemampuan Sosial (berkelompok)
6. Kemampuan Berkompetisi-siap menang dan siap kalah
Bermain kelereng tidak sekedar bermain yang main-main?  []