|
KH. Marzuki Mustamar-Imam Besar DENSUS 26 |
Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko.
Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah
seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu
luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi, hampir tiada waktu tanpa berdakwah. Di usianya yang masih muda, sangat energik dalam setiap penampilannya namun tetap santun terhadap siapapun, terutama kepada Kyai-kyai sepuh di kalangan NU. Bahkan kepada santri sekalipun tetap santun. Gaya bicara
beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau.
Rajin Ngaji Sejak Kecil
Kyai Marzuki lahir di kota Blitar, di desa kecil, Karangsono Kecamatan Kanigoro. Sungguh beruntung Kyai
Marzuki karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti
agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuki
dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang
tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar
dan Nyai Siti Zainab ini mulai belajar al-Qur’an dan dasar-dasar
ilmu agama.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah
dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara
memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara
kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing
umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin
Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang,
anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof,
tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar.
Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya
kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia tersebut,
beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3
SMP.
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo
Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau
yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai
di Blitar. Di antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek
kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji
Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim
dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di
Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang
masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini
melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik
Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga
Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH. Masduqi Mahfudz di
Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono-Malang. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai
Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya KH. Masduqi Mahfudz
memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya,
meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. "Saat itu saya
diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai
yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ini.
Selain itu, Kyai Marzuki juga beruntung, karena beliau seringkali diminta
untuk mendampingi dakwah KH. Masduqi Mahfudz saat mengisi pengajian maupun dalam
rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai Marzuki mulai
mengetahui betapa beratnya tugas seoarang ulama dalam mengayomi ummat. Dari
gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah dan Ketua MUI Jawa Timur saat itu, Kyai Marzuki belajar
akan keistikomahan menjadi seorang guru. KH. Masduqi Mahfudz itu meskipun
pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para
santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuki.
Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuki
sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa yuniornya. Namun,
ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga
mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau semakin terasah.
Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan
belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana,
Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu mengajar di Pesantren Nurul Huda,
Mergosono-Malang dan melanjutkan kuliah S-1.
|
KH. Marzuki Bersama guru beliau, KH. Masduqi Mahfudz |
Membangun Rumah Tangga dan Pesantren
Pada tahun 1994, Kyai Marzuki memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah
seorang santri putri Pondok Nurul Huda, Mergosono-Malang yang bernama Saidah. Sang istri
merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kyai Marzuki sangat
bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah
seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).
Selang satu bulan setelah menikah, Kyai Marzuki bersama istri mencoba mengadu
nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuki memilih daerah Gasek,
Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari
rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di
rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya
dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat
beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan
Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang
dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata
sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana
itulah Kyai Marzuki mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar
merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng
utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka
rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah,
Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan
Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun
didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai
Marzuki bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren
dengan Nama Sabilurrosyad.
Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua
Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan
ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai
mengisi pengajian dari masjid ke majid, blusukan keliling kampung dan lain
sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki juga aktif di berbagai organisasi kegamaan
di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa
MUI Kota Malang.
Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh
beliau menyusun sebuah kitab (AL MUQTATHOFAT LI AHLIL BIDAYAT), tentang dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang
dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka
mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab
tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliyah warga
Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua,
sampai-sampai KH. Baidhowi Muslih, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan
"Hujjatu NU". "Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul
Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU" Demikian pernyataan KH. Baidhowi Muslih
dalam beberapa kesempatan.
Akhir-akhir
ini beliau banyak memberikan pelatihan/pemahaman Ahlus Sunnah Waljamaah
di berbagai daerah seluruh Indonesia, melalui DENSUS 26 (pendidikan
Khusus Dai Ahlus Sunnah Wal Jamaah 1926), yakni khataman kitab beliau
(Al Muqtathofat Li Ahlil Baidayat) selama 2 hari di tiap-tiap kota, baik
Jawa Tengah maupun Jawa Timur bahkan di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
|
Aktifitas Beliau di DENSUS 26 |
Disamping
itu beliau juga membina kelompok pengajian Cangkru'an Gus Dur di
berbagai daerah, Lamongan, Mojokerto(Mojopahit Raya), Nganjuk, Malang
Raya. Khusus di Malang Raya dan Mojopahit Raya jamaahnya sangat beraneka
ragam kalangan, ada yang seorang Doktor, pejabat, santri biasa, orang
awam bahkan ada yang mantan anak jalanan dan kelompok-kelompok yang
tadinya terjerumus pada lembah hitam. Berkat sentuhan tangan dingin
beliau, menjadikan mereka (jamaah) menjadi istiqomah dalam menuntut
ilmu/mengaji.
Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini
tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab
dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak jarang pula, beliau
ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau sekolah. Dari hasil
pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai Marzuki dikaruniai tujuh orang putra.
Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya disekolahkan di SD
Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki sepertinya menurun kepada
putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai
sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang lalu putri
beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta.
Curriculum
Vitate
Nama : KH. Marzuki Mustamar
TTL : Blitar,
22 September 1966
Alamat : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang
Telp.(0341) 564446
Pendidikan:
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar
tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda,
Mergosono, Malang
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA Tahun, 2004
Istri: Hj. Saidah
Putra-Putri:
1. Habib Nur Ahmad
2. Diana Nabila
3. Millah Shofiya
4. M. ‘Izzal Maula
5. ‘Izza Nadila
6. Rossa
Rahmania
7. Dina Roisah Kamila
Jabatan:
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara
Hadits dan Tanya Jawab
Semoga Manfaat dan Menginspirasi pada kita semua untuk selalu berbuat baik
Sumber : http://www.pesantren-gasek.net/index1.php?kode=25