Ust. Shohibul Izar (sopir) mengantar pulang ke rumah masing-masing bagi santrinya -TPQ NURUL HUDA, Bajulmati-Gedangan Malang- sampai keluar desa, tanpa memungut biaya sama sekali |
Ustadz Shohibul Izar dilahirkan di Mojokerto, 12 Juli 1966 di sebuah desa kecil 5 Km ke arah utara dari kota Mojokerto, Ngabar-Jetis-Mojokerto, behijrah ke Malang pada bulan Juli 1986 untuk meneruskan study/kuliah di kota pendidikan Malang. Disamping kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang, beliau juga nyantri kepada KH. Masduqi Machfudz, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda Mergosono-Malang. KH. Masduqi Machfudz juga pernah menjabat Rois Syuriah PWNU Jawa Timur beberapa priode serta pernah menjabat sebagai ketua MUI Jawa Timur beberapa periode. Berawal dari kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang dan mondok di PPS. Nurul Huda, Mergosono-Malang, Ust. Izar-panggilan akrab Shohibul Izar- mulai di kenalkan daerah-daerah yang sangat minus di Malang selatan. Pada tahun 1989 Ust. Izar melaksanakan kegiatan program KKN di Bajulmati Ds. Gajahrejo Kec. Gedangan Kab. Malang selama 1,5 bulan. Dengan pendekatan kultural Ust. Izar mampu menyelami kehidupan masyarakat Bajulmati hingga enggan untuk meninggalkan Bajulmati, hingga pada tahun 1991 memutuskan untuk menetap di Bajulmati guna mengajar Ngaji dan bermasyarakat/bersosialisasi secara luas di Bajulmati dan sekitarnya. Hal tersebut dikuatkan oleh KH. Masduqi Mahfudz dengan pendelegasian secara resmi kepada Ust. Shohibul Izar untuk menjadi tokoh/penggerak di Bajulmati.
Banyak tantangan yang dihadapi Ust. Izar selama di Bajulmati, baik lahir maupun batin. Diantara tantangan alam yang masih sulit dijangkau alat transportasi apapun waktu itu, sebab jalannya masih makadam dan harus menyebrangi sungai untuk menuju Dusun Bajulmati-Gedangan Malang. Tantangan yang paling berat dirasa oleh Ust. Izar adalah menyadarkan masyarakat Bajulmati akan pentingnya pendidikan, karena saat itu, tahun 1989 yang lulus SMA baru 4 orang, rata-rata hanya lulusan Sekolah Dasar/SD, itupun kemampuannya hanya pas-pasan karena kwalitas gurunya juga terbatas.
Hingga saat ini Ust. Izar masih berjuang untuk menyadarkan wali murid/santri betapa pentingnya pendidikan bagi putra-putrinya untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Diantara cara-cara yang dilakukan ust. Izar untuk menyadarkan para wali santri/murid adalah menyempatkan diri untuk mengantar pulang ke masing-masing rumah para santri. Hal ini dimaksudkan agar bisa sambung antara pendidik dan orangtua murid, sehingga komunikasi bisa terjalin setiap saat tanpa harus berbasa-basi. Hasilnya luar biasa, menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan bagi wali murid untuk selalu memikirkan kelangsungan pendidikan putra-putrinya. Sekarang sudah banyak yang lulus SMU, bahkan dari sekolah-sekolah yang berkwalitas di Daerah Malang. Sekarang anak yang lulus SD sudah malu kalau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selama mengabdi di Bajulmati-Gedangan Malang, Ust. Shohibul Izar tidak ada yang menggaji sama sekali dan tidak pernah memungut iuran dari santrinya/wali santri untuk kepentingan pribadinya, padahal Ust. Izar tidak mempunyai pekerjaan sama sekali, kecuali hanya mengabdi, mengabdi dan mengabdi . . .
SAAT INI MASIH ADAKAH ORANG YANG MAU SEPERTI UST. SHOHIBUL IZAR ???
Sarjana yang berani hidup tanpa gaji ??? Padahal putranya ada 3 orang, yang pertama saat ini mondok di Al Amin, Prenduan-Sumenep Madura.
Dengan telaten Ust. Shohibul Izar mengantar santrinya seusai mengaji dengan Mobil sumbangan dari dermawan |
Hati-hati ya dik, pegangan yang kuat dan berdoa agar selamat sampai tujuan, senyum ceriamu menjadi harapan bangsa ini di masa mendatang |
Mosok pemerintah gak pernah melihat kondisi semacam ini, takut lapar???
ReplyDelete