Thursday 7 November 2013

MAC (Mermaid Adventure Cummunity) PT. Mermaid Textil Ind.(Mertex) Pembibitan Mangrove di Bajulmati

Tanggal 3-4 Nopember 2013 MAC (Mermaid Adventure Community) mengadakan kegiatan touring ke Bajulmati dengan agenda Bakti Sosial ke Harapan Bajulmati berupa pelatihan IT, Pembibitan Mangrove, memberi Pakaian layak pakai. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh ketua MAC, Trisanu dengan diikuti 40 anggotanya sangat antusias melaksanakan agendanya untuk berbagi dengan masyarakat dan pegiat pendidikan di Bajulmati-Gedangan Malang.
Pelatihan IT oleh MAC PT Mermaid Textil Ind. (Mertex) Mojokerto

Dalam touring tersebut  banyak hal yang didapat disamping Bakti Sosial juga ada wisatanya, yaitu ke Pantai di wilayah Bajulmati, namun semua anggota MAC menyesal karena tidak bisa menyusuri beberapa Goa yag ada di Bajulmati.
MAC Berpose bersama di depan Rumah Pintar Griya Harapan Bajulmati Malang
 Semoga kegiatan ini akan berlanjut dan ada club/community lain yang meniru kegiatan serupa di Bajulmati maupun di daerah lain.
Pembibitan Mangrove yang dilakukan oleh MAC PT. Mermaid Textil Ind. (Mertex) Mojokerto
 ##Bravo MAC Mojokerto##

Friday 1 November 2013

APLIKASI CHATTING ANDROID DARI DAN UNTUK NAHDLATUL ULAMA


Alhamdulillah, kabar gembira bagi para pengguna android muslim di Nusantara.

Kini telah hadir sebuah aplikasi islami terbaru yang bernama NU Yello Chat. Sebuah aplikasi chatting android Islami untuk komunitas umat Islam Indonesia, khususnya warga Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama di manapun berada.

Segera download dan install aplikasinya dan jangan lupa ajak sahabat/i semuanya untuk bergabung. Mari sukseskan aplikasi dari Nahdlatul Ulama ini.

Informasi selengkapnya kunjungi: http://www.elhooda.net/2013/11/download-dan-instal-aplikasi-chating-android-nahdlatul-ulama-nu-yello-chat/

Instal aplikasinya via playstore di sini: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.nusapro.yellochat.nu
 


APLIKASI CHATTING ANDROID DARI DAN UNTUK NAHDLATUL ULAMA Alhamdulillah, kabar gembira bagi para pengguna android muslim di Nusantara. Kini telah hadir sebuah aplikasi islami terbaru yang bernama NU Yello Chat. Sebuah aplikasi chatting android Islami untuk komunitas umat Islam Indonesia, khususnya warga Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama di manapun berada. Segera download dan install aplikasinya dan jangan lupa ajak sahabat/i semuanya untuk bergabung. Mari sukseskan aplikasi dari Nahdlatul Ulama ini. Informasi selengkapnya kunjungi: http://www.elhooda.net/2013/11/download-dan-instal-aplikasi-chating-android-nahdlatul-ulama-nu-yello-chat/ Instal aplikasinya via playstore di sini: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.nusapro.yellochat.nu

Pengabdian Pendidikan Bajulmati, Pedalaman Malang Selatan

http://youtu.be/AY96X9FObf0

Tuesday 29 October 2013

Monday 28 October 2013

Sekolah Alam Model Orang Bajulmati Malang Selatan

Tempatnya di atas bukit pinggiran hutan Bajulmati, tidak menyurutkan para guru TK Harapan untuk mendedikasikan dirinya demi sebuah generasi yang bisa dibanggakan di masa yang akan datang, walau mereka minim gaji, tapi semangat mereka tak bisa diragukan dalam membina generasi bangsa ini. Dengan ruang kelas yang seadanya, proses belajar mengajar tetap berjalan dengan normal dan menyenangkan bagi guru dan murid TK Harapan Bajulmati
Ruang kelas TK Harapan yang hanya di batasi dengan kawat/tanpa dinding

"Keterbatasan kami adalah kelebihan kami", begitu ungkapan Mahbub Junaidi, pengelola Lembaga Pendidikan Harapan Bajulmati Malang Selatan. Tidak berlebihan bila ungkapan tersebut terlontar dari pemaparan Mahbub Junaidi saat menerima rombongan Guru-guru TK/RA Gugus 3 Kecamatan Sukun Kota Malang, yang menyempatkan berkunjung ke Bajulmati untuk memberikan bantuan Alat Peraga Edukasi [APE] kepada TK Harapan Bajulmati pada hari Sabtu, 26 Oktober 2013. Bersama 40  orang guru-guru TK/RA Gugus 3 Kecamatan Sukun Kota Malang melihat secara langsung unit-unit pendidikan di Bajulmati yang semuanya ada embel-embel Harapan, PAUD Bina Harapan Bajumati, TK Harapan Bajulmati, TK Tunas Harapan Goa Cina - Sitiarjo Sumbermanjing Wetan.
 
Menjawab pertanyaan dari para ibu guru TK/RA Gugus 3 Kecamatan Sukun Kota Malang, mengapa selalu ada kata Harapan di setiap nama sekolah, Pak Mahbub Junaidi menjelaskan bahwa bocah-bocah di Bajulmati harus tetap punya semangat dan harapan. Dusun yang terpencil ini harus bangkit. Caranya adalah dengan memberdayakan diri sendiri. Oleh karena itu, harapan dan cita-cita harus selalu menyala di dada setiap bocah Bajulmati. Dan lahirlah sekolah komunitas model orang dusun di Bajulmati.
Rombongan Guru-guru TK/RA Gugus 3 Kec. Sukun Kota Malang menaiki Bukit menuju TK Harapan
 Dalam kesempatan tersebut diadakan dialog untuk saling berbagi pengalaman dalam mengelola lembaga pendidikan di masing-masing lembaganya.

Pemberian Cindera Mata dari  Gugus 3 Kec. Sukun Kepada TK Harapan Bajulmati yang diterima langsung oleh Pengurus TK Harapan

Rombongan Guru-guru TK/RA Gugus 3 Kec.Sukun Kota Malang saat berkunjung di PAUD Bina Harapan dab Rumah Pintar Griya Harapan


Berkunjung ke Sekolah Komunitas Harapan di Bajulmati Malang

Pada hari Sabtu, 26 Oktober 2013 rombongan dari guru-guru TK/RA Gugus 3 Kec. Sukun Kota Malang mengadakan kunjungan ke Sekolah Komunitas Harapan Bajulmati Gedangan Kabupaten Malang, rombongan yang berjumlah 40 orang guru TK/RA masuk di dusun Bajulmati pada pukul 10.00 dan langsung menuju  ke puncak bukit, tempat TK Harapan berada. Mereka langsung diterima oleh kepala sekolah TK Harapan, Bapak Srianto bersama para dewan guru dan pengurus Yayasan Pendidikan Harapan Bajulmati
Rombongan Guru-guru TK/RA Gugus 3 Kec. Sukun Kota Malang menuju puncak, TK Harapan Bajulmati






Friday 18 October 2013

Sekolah Darurat di Negara Indonesia Merdeka

Pong Sahidy, Penulis Buku Jam Kosong
  01 September 2013


Adalah kondisi Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan dan Gua Cina di dusun Bajulmati Kec. Gedangan Kab. Malang menjadi pemantik keluarnya pernyataan spontan: ini sekolah apa kandang ayam. Bagaimana tidak? TK Tunas Harapan terletak di atas bukit. Kondisinya - menirukan pendapat seorang teman yang baru pertama kali berkunjung ke Bajulmati - seperti kandang ayam. Terkesan darurat dan apa adanya. Kondisi ini sudah jauh lebih baik dari sejak pertama kali TK ini dirintis.

Di tengah padatnya kegiatan homestay di dusun Bajulmati, siswa kelas 6 pun diajak berkunjung ke TK Gunung ini agar mereka menyaksikan sendiri ada sekolah “darurat” di negara Indonesia merdeka.
Di bawah rindang pepohonan tanya jawab berlangsung.
“Mengapa sekolahnya diletakkan di atas gunung?”
“Kok dindingnya dari kawat?”
“Mengapa mainan ayunannya cuma satu?”

Atas beragam pertanyaan itu, Pak Mahbub Junaidi, salah seorang perintis pendidikan di Bajulmati menjelaskan, TK Tunas Harapan dipindah ke atas gunung setelah terjadi banjir besar melanda dusun Bajulmati. Keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama.

Pertama kali berdiri TK Tunas Harapan memiliki enam siswa. Kegiatan belajar dilakukan di kediaman Bapak Shohibul Izar. Dengan hanya satu papan tulis usang Pak Izar dan Pak Mahbub nekat melayani pendidikan anak-anak usia TK. Atas keterlibatan warga yang mulai peduli karena merasakan manfaat keberadaan TK Tunas Harapan, beberapa fasilitas sederhana mulai terpenuhi.

Para dermawan dari luar Bajulmati yang peduli juga turut andil memberdayakan pendidikan. Kawat yang menjadi dinding TK Tunas Harapan adalah sumbangan seorang dosen di kota Malang. Kelompok pengajian ibu-ibu kota Malang juga berbagi kebahagiaan bersama bocah-bocah dusun. Mainan ayunan di TK Gua Cina adalah wujud kepedulian ibu-ibu itu.

Hingga kini kedua pengabdi, Pak Izar dan Pak Mahbub, belum memiliki rumah di Bajulmati. “Jadi, selama hampir dua puluh tahun saya dan Pak Izar tidak memiliki rumah pribadi di sini. Semuanya bisa berjalan berkat kepedulian warga,” ungkap  Mahbub Junaidi.
Menjawab pertanyaan salah satu anak, mengapa selalu ada kata Harapan di setiap nama sekolah, Pak Mahbub Junaidi menjelaskan bahwa bocah-bocah di Bajulmati harus tetap punya semangat dan harapan. Dusun yang terpencil ini harus bangkit. Caranya adalah dengan memberdayakan diri sendiri. Oleh karena itu, harapan dan cita-cita harus selalu menyala di dada setiap bocah Bajulmati. Dan lahirlah sekolah komunitas model orang dusun di Bajulmati.

Harapan itu dirintis dan diwujudkan dengan memberdayakan diri melalui pendidikan. Alam dusun Bajulmati adalah wujud kasih sayang Tuhan. Pendidikan merupakan realisasi tanggung jawab manusia atas kasih sayang Tuhan dengan mengolah kekayaan alam dan memanifestakan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan nyata.

Harapan yang selalu menyala itu diaktualisasikan dalam sikap mengabdi dan melayani. Dibutuhkan stamina perjuangan yang cukup panjang untuk mewujudkan perubahan. Kuncinya adalah kesanggupan menikmati proses melayani pada setiap hitungan detik, menit, jam, hari hingga tahun. Dari figur kakak beradik itu, Bapak Shohubul Izar dan Bapak Mahbub Junaidi, anak-anak serta guru pendamping SD Islam Roushon Fikr belajar sekaligus menyerap energi pengabdian yang tulus.

Hingga kini TK Tunas Harapan berada di atas gunung dan dikenal dengan TK Gunung. Dihidupi dan disengkuyung oleh warga dusun Bajulmati taman kanak-kanak ini melayani bocah-bocah dusun. Dikepalai oleh Bapak Sriyanto, anak muda yang peduli terhadap nasih masa depan pendidikan di dusunnya, TK Tunas Harapan setapak demi setapak meraih asa di tengah keterbatasan yang ada. Bekal mereka cuma satu tekad: bangkit dan berdaya.

Perjalanan anak-anak dilanjutkan ke TK Gua Cina. Nama TK ini diambil dari lokasi jalan yang menuju pantai Gua Cina. Wisatawan yang hendak menuju pantai Gua Cina akan lewat depan taman kanak-kanak yang pernah diminati Trans TV untuk tayang di acara Pengabdian.

Perjuangan mendirikan sekolah ini tidaklah mudah.  Dalam salah satu adegan Pengabdian Trans TV, sekolah ini dibakar oleh orang entah siapa dia. Pak Izar membenarkan adegan itu. Fakta dalam kejadian itu pernah benar terjadi. Dan sejuta tantangan dan pengorbanan yang lebih “sengsara” tersimpan erat dalam memori setiap pejuang dan pengabdi di Bajulmati.

Tiba di sana siswa kelas 6 SD Islam Roushon Fikr pun menyaksikan sekolah berlantai tanah, dinding setengah terbuka, dan “ruang pertemuan” yang luasnya hanya 2X4 m. Di benak anak-anak tak terbayangkan sekolah dengan bangunan dan fasilitas yang serba “miskin”.

“Kasihan anak-anak TK. Sekolahnya tidak terawat kayak gini,” ungkap Nandia. “Tapi saya bangga dengan mereka. Di tengah keterbatasan fasilitas, guru-guru dan siswanya tetap belajar dengan semangat.”
Mendengar penuturan Nandia hati saya bergetar. Kalimat bocah perempuan usia 12 tahun ini menampar saya. Special moment ini meruntuhkan mental block yang selama ini selalu menjadi pembenaran: bagaimana sekolah dapat maju jika fasilitasnya serba terbatas. Pembenaran yang selama ini membenam di alam bahwa sadar ambrol oleh pengalaman nyata menyaksikan jerih payah sahabat-sahabat pengabdi memajukan pendidikan di Bajulmati. Keterbatasan fasilitas bukanlah penghalang tekad untuk maju meraih harapan.
Anak-anak adalah guru ruhani terbaik bagi orang dewasa. Kalimatnya jernih. Tanpa tendensi dan tiada pamrih. Mereka jujur mengungkap fakta dan menangkap hikmah. Shinta menuturkan hal itu dengan gamblang.

“Di Bajulmati kita diajari rasa bersyukur. Teman-teman dan saudara-saudara kita di Bajulmati keadaannya lebih parah dari kita yang ada di Jombang. Jadi, kita harus pandai bersyukur.”
Subhaanallah. Kebenaran bagai embun pagi yang menetes dari kelopak muda daun-daun cantik di taman jiwa. Anak-anak kita setiap saat meneteskan embun kejernihan tiada tara dari bening jiwa mereka. Tuhan menghadirkan momen kunci (special moment) melalui perilaku dan kata-kata anak-anak kita. Hanya hati sebening kaca yang sigap menangkap dentingan mutiara kebenaran yang meluncur dari bibir mungil itu.
Di Bajulmati kasih sayang Allah hadir begitu nyata. []

Paulo Freire Singgah di Dusun Bajulmati

Pong Sahidy

23 August 2013 15:02




Untuk kesekian kalinya Pasukan Lalar Gawe berangkat ke Bajulmati. Idiom “Lalar Gawe” tercetus secara tiba-tiba ketika saya berdialog bersama sahabat-sahabat pengabdi di Bajulmati. Dalam dialog model cangkrukan itu tema yang dibahas hampir selalu berkaitan dengan bagaimana menemukan solusi-solusi pemberdayaan terutama di bidang pendidikan.

Malam itu hadir pula sejumlah mahasiswa (15 0rang) dari kota Malang. Kebetulan bertepatan dengan malam tahun baru. Mereka datang ke Bajulmati untuk mengumpulkan data terkait persoalan yang dihadapi warga dusun. Kekaguman saya pada anak-anak muda ini tidak bisa saya tutup-tutupi.

“Di saat malam tahun baru, ketika hampir dipastikan sebagian besar kaum muda larut dalam perayaan hura-hura, Anda justru memilih hadir di dusun yang sepi. Saya salut dengan pilihan sikap Mas-Mas dan Mbak-Mbak ini. Sejak tadi yang kita bicarakan adalah menemukan solusi pemberdayaan pendidikan warga dusun Bajulmati agar anak-anaknya memperoleh pendidikan yang layak. Menurut arus utama cara berpikir manusia modern Anda ini lalar gawe, ngapain peduli dan ngopeni nasib masa depan orang lain. Sedangkan atas semua pekerjaan ini Anda tidak memperoleh keuntungan materi sepeser pun. Di mata manusia modern Anda adalah manusia-manusia bodoh, yang lalar gawe bekerja dengan satu kepastian: tidak menghasilkan uang bahkan harus mengeluarkan uang.”

Pasukan Lalar Gawe kali ini adalah sejumlah guru yang mengajar di sebuah sekolah dasar swasta di Jombang. Sahabat-sahabat saya ini - maaf - semuanya orang miskin. Gajinya kecil. Cicilan motor belum lunas. Berangkat ke Bajulmati dengan biaya sendiri. Ada yang rela potong gaji. Namun dari sikap yang peduli dan kesanggupan berbagi mereka adalah manusia kaya raya dalam makna yang sesungguhnya.
Kondisi TK Tunas Harapan Goa Cina

Guru-guru yang dipelopori oleh sahabat saya, Sayekti Puji Rahayu, akan berbagi kepada para guru Harapan Bajulmati, wali murid, dan warga dusun tiga puluh permain brain-gym, lima belas materi outbond, dan metode belajar membaca untuk anak-anak.

Antusias warga dan guru-guru Harapan Bajulmati sungguh luar biasa. Mereka memenuhi ruang terbuka balai dusun.  Mulai anak-anak pelajar SMP-SMA, para pemuda, ibu-ibu dengan menggendong bayi, bapak-ibu yang usianya cukup tua, duduk melingkar dalam satu jamaah kebersamaan.

Acara dimulai dengan sambutan pembuka dari Bapak Shohibul Izar.
“Bapak Ibu guru jauh-jauh datang dari Jombang saya yakin tidak mencari uang di sini. Bahkan mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Di sebelah saya ini ada tumpukan modul yang berisi materi yang akan kita kita pelajari bersama selama tiga hari. Semuanya gratis. Saya salut dan sangat berterima kasih kepada Bapak Ibu guru yang rela berbagi ilmu dan pengalaman untuk memajukan pendidikan di Bajulmati.”

Di tengah sambutannya Pak Izar juga menyampaikan bahwa di saat tertentu kita adalah murid dari guru kita dan di saat yang lain, atau saat itu juga, guru kita bisa menjadi murid. Agar mudah dipahami oleh warga dusun, Pak Izar memakai istilah “guru yang murid, murid yang guru.”

“Misalnya kepada siswa TK Harapan,” ujar Pak Izar. “Mereka adalah murid saya, dan di saat yang sama saya juga belajar kepada mereka. Siswa TK Harapan adalah juga guru saya. Kepada anak-anak TK saya belajar menemukan model belajar yang menyenangkan bagi mereka.”
Menikmati keasrian rumah salah satu pengabdi Harapan Bajulmati, Ust. Wagianto

Mahbub Junaidi tidak ingin ketinggalan memberikan penjelasan terkait guru yang murid, murid yang guru. Pak Mahbub lantas menyebut satu nama warga yang hadir di balai dusun: Bapak Bugiman.

“Dalam hal mempelajari cara cepat bisa membaca untuk anak-anak, malam ini Pak Bugiman adalah murid sahabat-sahabat saya dari Jombang. Namun besok pagi, saat Bapak Ibu guru dari Jombang menyusuri sungai Bajulmati, mereka akan menjadi murid Pak Bugiman. Demi kelancaran dan keselamatan selama susur sungai, Bapak Ibu guru dari Jombang akan mengikuti panduan dan arahan Pak Bugiman karena beliau pakar dalam mengenal watak alam dusun Bajulmati. Pada saat itu Pak Bugiman menjadi guru kita,” papar Mahbub Junaidi.

Waktu itu istilah guru yang murid, murid yang guru tidak mengusik saya. Sikap rendah hati dari sosok Pak Izar dan Pak Mahbub saja hingga istilah itu diungkapan, demikian pikir saya.
Menikmati Wisata Sususr Sungai bersama Lepen Bajulmati Adventure

Dan untuk kesekian kalinya pengalaman berbagi di dusun Bajulmati bagi saya seperti pintu masuk menuju ruang kesadaran yang terus tumbuh mengakar. Bagaimana tidak? Istilah “guru yang murid” dan “murid yang guru” saya temukan dalam tulisan J. Sumardianta yang mengulas gagasan-gagasan Paulo Freire (1921-1997, ahli pendidikan dari Brasilia.

Gagasan-gagasan Paulo Freire, yang dilambari semangat pembebasan dan kesadaran kritis dengan pendekatan emansipatoris (menyantuni dan berbelas kasih kepada peserta didik) dan metode partisipatoris (penempatan peserta didik sebagai subjek dalam kegiatan belajar, tersebar dalam Padagogy of The Oppressed (1971), Pedagogy in Process (1978), dan beberapa buku lainnya.

Menurut Paulo Freire sekolah terlalu sibuk mengurusi kotoran ketimbang memberdayakan guru dan murid. Ia lantas mengajukan alternatif kegiatan belajar dialogis dengan langgam hadap masalah. Guru tidak lagi memperlakukan muridnya sebagai bejana kosong (empty vessel) yang mesti dijejali dengan berbagai pengetahuan kognitif. Guru dan para muridnya secara bersama-sama duduk semeja mengkaji keprihatinan hidup sehari-hari. Keduanya secara komplementer melakukan kegiatan belajar. Guru bukanlah makhkluk yang maha tahu. Dan, otak murid yang sebenarnya sudah tumpat pedat tidak perlu dijejali dengan pengetahuan hafalan.

Dari sini Paulo Freire memunculkan istilah unik: “guru yang murid” dan “murid yang guru”. Istilah ini digunakan untuk menegaskan bahwa baik guru maupun murid memiliki potensi pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman sendiri-sendiri terhadap yang mereka pelajari. Bisa jadi suatu saat murid menyajikan pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman sebagai suatu kilatan cahaya hikmah bagi sang guru.

Kepada beberapa teman saya berseloroh, mungkin Paulo Freire pernah singgah di Bajulmati sehingga ada pertemuan antara gagasan dan realita pemberdayaan pendidikan di sana. Saya juga tidak tahu pasti dari mana Pak Izar dan Pak Mahbub menemukan istilah unik itu. Satu hal yang saya alami di dusun terpencil dengan akses informasi yang sulit itu, gagasan Paulo Freire menemukan wujudnya di Bajulmati. []


Thursday 17 October 2013

Paket Wisata Penuh Sensasi Di Bajulmati Malang

Lepen Bajulmati Advenenture, digagas oleh guru-guru di lingkungan lembaga pendidikan Harapan Bajulmati (19 orang) yang kesemuanya tidak ada gajinya dari manapun, maka untuk 'berdaya dari diri sendiri' mereka mendirikan aktivitas di dunia wisata dg memanfaatkan alam Bajulmati yang telah dianugrahi Alloh SWT untuk disyukuri. mudah2an kegiatan ini bisa bermanfaat bagi guru-guru di Bajulmati agar mereka tetap istiqomah dalam mengabdi untuk bangsa ini dalam mengadakan perubahan. Amiiin

Monday 15 July 2013

Sarkub Peduli

Penyerahan Bantuan dari Tim Sarkub Yang diterima Oleh Gus Shampton untuk dibawa ke Bajulmati

Sing Sabar Yooo

Rapat Koordinasi Pendistribusian Bantuan Untuk Korban Banjir Bandang di Bajulmati Malang Selatan

Friday 12 July 2013

Paket Wisata Bernuansa Petualangan, serasa di pedalaman Kalimantan

paket wisata yang ditawarkan Bajulmati

Peduli Bencana Banjir di Bajulmati dari ABM/STIE Malang Kucecwara

Penyerahan bantuan Genset dari ABM/STIE Malang Kucecwara yang diteriama langsung oleh Kepala dusun Bajulmati
Pendistribsian bantuan dari ABM/STIE Malang Kucecwara untuk para korban bencana Banjir di Bajulmati Malang

Wednesday 29 May 2013

Kasus KH. Marzuki Mustamar, Pendekar Pagar Nusa Siap Gantikan Dipenjara

KH. Ali Maksum (Gus Ali) ketua Ikatan Pencak Silat NU (IPSNU) Pagar Nusa Jombang



NU Jombang Online,

Kabar kiai NU diperiksa Bareskrim Polri hingga terancam bui membuat sejumlah pihak tergerak memberikan dukungan. Apalagi itu melibatkan Ketua PCNU Kota Malang, KH Marzuki Mustamar dan KH Irfan Soleh, salah satu pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. ’’Kita sepenuhnya siap membela para kiai NU. Jika sampai ada kiai dipenjara karena dakwahnya, para pendekar Pagar Nusa siap menggantikannya dipenjara agar para kiai itu bisa tetap bebas dan meneruskan dakwahnya,’’ kata KH Ali Maksum (Gus Ali) ketua Ikatan Pencak Silat NU (IPSNU) Pagar Nusa Jombang, di Denanyar kemarin.
Lebih dari itupun pihaknya mengaku siap. ’’Kalau memang genderang perang yang ditabuh, kita tak akan pernah mundur,’’ tandasnya. Menurutnya, tidak sekali dua kali para pendekar Pagar Nusa bertaruh nyawa demi membela perjuangan kiai NU. ’’Tidak usah banyak kata, asal kiai yang memerintah, kita pasti berangkat,’’ tegasnya.

Meski demikian, pihaknya meminta agar semua elemen NU tidak terrpovokasi. ’’MTA itu kecil, jangan sampai kita terprovokasi hingga justru melakukan tindakan yang menodai kebesaran dan keharuman nama NU. Tapi kita tetap tak boleh diam saja,’’ tandasnya.

Segala kemungkinan, menurutnya harus tetap diantisipasi. ’’Kita tingkatkan kewaspadaan dan persiapan. Tapi jangan sampai terprovokasi,’’ ucapnya.

Karena proses hukum masih berjalan, dia berharap semua elemen NU ikut memantau proses tersebut. ’’NU juga harus memberikan pendampingan secara hukum kepada para kiai itu. Proses hukum harus dilawan dengan hukum pula. Yang lain-lain itu urusan belakangan, tidak usah khawatir,’’ paparnya.

Dia menegaskan, dari dulu sikap NU tidak pernah agresif. ’’Kasarannya kita ini tidak mencari musuh, tapi musuh datang kita hadapi. Ceramah Kiai Marzuki itu dalam rangka membentengi umat karena dalam setiap ceramahnya MTA selalu mengharam-haramkan perilaku keagamaan warga NU. Kalau itu dilaporkan polisi, semua warga NU bisa balik melaporkan MTA ke polisi,’’ pungkasnya. (ra)

Sumber: jombang.nu.or.id 

Pendekar Pagar Nusa Siap Gantikan Dipenjara




Tuesday 28 May 2013

Pembelaan Terhadap KH. Marzuki Mustamar: Banser Bakal Hadang MTA

H Basyarudin Saleh, penasehat Banser Jombang yang juga wakil ketua GP Ansor Pusat


NU Jombang Online,
Kaum muda NU tampaknya cukup gerah dengan ulah Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang melaporkan KH Marzuki Mustamar ke Bareskrim Mabes Polri dengan tuduhan menebar fitnah dan melakukan pencemaran nama baik saat ceramah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas. Apalagi itu menyebabkan salah satu pengasuh PPDU Gus Irfan Soleh ikut diperiksa dan terancam ikut dijerat karena dianggap memfasilitasi pengajian yang menyudutkan pihak lain. ’’Jangankan dipenjara, matipun kita siap mbelani kiai,’’ kata H Basyarudin Saleh, penasehat Banser Jombang yang juga wakil ketua GP Ansor Pusat, saat ditemui di Bandarkedungmlyo, kemarin.
Menurutnya, ulah MTA itu tidak semata-mata ranah hukum. ’’Bisa jadi ini bagian strategi mereka untuk melebarkan sayap,’’ tegasnya. Sebab menurutnya, selama ini MTA sudah gencar menyebarkan pandangan yang bersebrangan dengan NU. Utamanya melalui radio dan media dakwa lainnya yang mereka miliki. Namun selama ini, upaya itu tak membuahkan hasil maksimal karena selalu dihambat oleh para kiai NU sebagaimana yang dilakukan Kiai Marzuki Mustamar tersebut. ’’Dengan tidak adanya kiai-kiai seperti Kiai Marzuki itu, praktis nantinya gerakan MTA akan lebih mudah. Makanya mereka mencoba menyingkirkan kiai-kiai itu dengan memanfaatkan celah hukum,’’ tegasnya.
Itulah sebabnya, Basyarudin meminta agar seluruh anggota Banser men-hadang keberadaan MTA di Jombang. ’’Gerakan MTA di Jombang selama ini tidak terlihat, tapi saya yakin pasti ada. Makanya saya meminta seluruh anggota Banser mencarinya. Jika ditemukan dan menyebarkan ajaran yang meresahkan, langsung amankan dan bawa ke polisi,’’ tegasnya.
Dia pun meminta agar polisi tidak menari ditengah genderang yang ditabuh MTA. ’’Pengalaman di Blora Jawa Tengah, lalu Magetan, dan Ngawi, aktivitas pengajian MTA selalu memicu bentrokan dengan warga sekitar karena isinya selalu menjelek-jelekkan warga NU yang mayoritas. Kita tidak mau Jombang yang aman ikut menjadi seperti itu. Tapi kalau polisi menghendaki lain, kita persilahkan,’’ tegasnya memungkasi pembicaraan. (ra)

Sumber:  http://jombang.nu.or.id/banser-bakal-hadang-mta/

Ceramah KH. Marzuki Mustamar, Pengasuh Pesantren Tambakberas Diperiksa Bareskrim Polri

KH. Irfan Sholeh (Gus Irfan)
 
 
Jombang, NU Online Kabar mengejutkan datang dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang. Salah satu pengasuhnya, KH Irfan Soleh (Gus Irfan), dikabarkan diperiksa Bareskrim Mabes Polri terkait laporan dari kelompok yang menamakan diri MTA yang berpusat di Solo.

Saat ditemui di kantor yayasan kemarin, Pengasuh ribath Al-Hamidiyah Bahrul Ulum yang juga ketua yayasan PPBU ini membenarkan kabar tersebut. ’’Iya, saya memang dimintai keterangan Bareskrim Polri,’’ ucapnya. Namun itu sudah berlangsung sebulan lalu. “Saya dimintai keterangan pada Selasa 23 April 2013,” bebernya.

Ia mengaku diperiksa selama hampir sembilan jam. “Saya masuk pukul 08.00 pagi dan baru keluar pukul 16.30,’ jelasnya.

Seingatnya, ada 27 pertanyaan yang diajukan penyidik kala itu. “Saya juga diminta menandatangani BAP (berita acara pemeriksaan),” ungkapnya. Namun dari 27 pertanyaan yang diajukan, yang dia tandatangani di BAP hanya belasan. “Di BAP sekitar 12 pertanyaan saja, karena sepertinya diringkas,” jelasnya.

Begitu datang, ia ditanya terkait perasaannya mendapat panggilan Bareskrim Polri. “Ya kaget, karena belum pernah,” ucapnya mengulangi jawabannya.

Selanjutnya, ia ditanya langkah yang dilakukan pasca menerima panggilan tersebut. “Saya jawab setelah terima panggilan saya ke Polres Jombang untuk konsultasi, hasilnya, saya diminta memenuhi panggilan itu. Makanya saya datang,” bebernya.

Pertanyaan penyidik selanjutnya mulai masuk dalam materi pemeriksaan. Mula-mula, dia diminta menyaksikan rekaman video. “Video itu berisi ceramah KH Marzuki Mustamar (Ketua PCNU Kota Malang) pada acara haflah akhirussanah dan Harlah Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ke 186 pada 2011 silam,” terangnya.

Ia lantas dikonfirmasi terkait poin ceramah Kiai Marzuki yang menerangkan tentang Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) yang berpusat di Solo. Pada ceramahnya, Kiai Marzuki mengulas beberapa pandangan MTA yang tak sesuai dengan NU.

Misalnya pandangan MTA bahwa anjing tidak najis karena tak ada teks Al-Qur’an yang menyebutkannya. Kemudian tentang tahlilan dan ziarah kubur yang diharam-haramkan MTA dalam setiap pengajiannya. Sampai-sampai ada statemen bahwa zina lebih baik dibanding tahlilan.

“Poin-poin ceramah Kiai Marzuki yang seperti itu dianggap mencemarkan nama baik MTA. Makanya mereka lantas melapor ke Bareskrim Polri,” bebernya.

Kiai Marzuki dilaporkan dengan tudingan berlapis yakni penyebar fitnah, pencemaran nama baik, institusi dan pribadi. Lalu menyebabkan perasaan tidak nyaman. Juga pelanggaran undang undang IT dengan ancaman 6 tahun penjara.

“Pelapornya atas nama Drs Medi selaku sekretaris MTA,” kata Gus Irfan. Ia sendiri mengaku tak kenal dengan Medi.

Ia pun sempat ditanya penyidik apakah setuju dengan isi ceramah Kiai Marzuki. “Saya jawab, untuk penguatan jamiyah NU, saya setuju. Karena memang ceramahnya di Tambakberas yang merupakan tempat pendiri NU. Hadirin yang mendengarkan juga dari para santri, alumni dan undangan yang seluruhnya NU,” tegasnya.

Ia lantas dicecar terkait perannya dalam materi ceramah itu. “Saya ditanya apakah menyiapkan teks ceramahnya dan mengarahkan isi ceramah Kiai Marzuki itu. Tentu saya jawab tidak. Tidak ada kultur seperti itu di pesantren. Ilmu kiai justru mampet kalau bicaranya diarahkan dan dibatasi. Saya tegaskan bahwa kiai yang diundang ceramah di Tambakberas itu pilihan. Dan kita mengakui keilmuan Kiai Marzuki. Kita yakin beliau tak akan bicara tanpa pijakan,” paparnya.

Ia juga mengaku diminta menjelaskan perannya memfasilitasi pidato Kiai Marzuki. “Saya tegaskan kita ini memang yang mengundang. Namun untuk isinya, itu kita serahkan sepenuhnya pada beliau,” tutur kiai 52 tahun yang dikaruniai empat orang anak ini.

Gus Irfan mengaku tidak gentar dengan pemeriksaan itu. Termasuk seandainya ikut dijerat dengan tuduhan memfasilitasi pidato yang dianggap merugikan pihak lain tersebut. “Kalau saya ikut dituduh, ya nanti kita hadapi secara hukum. Yang jelas jangan sampai kejadian semacam ini memupus semangat warga NU untuk menggelar pengajian-pengajian. Karena ruhnya NU ya ada dalam pengajian-pengajian itu,” tegasnya.

Kaum wahabi mulai unjuk gigi,padahal hal seperti itu yg bisa menjadi alasan BANSER sebagai pelindung kyai akan bergerak ,padahal video di youtube dari kaum radikal lebih parah "menghalalkan darah orang yg dianggap sesat"
Sumber:  http://jombang.nu.or.id/pengasuh-pesantren-tambakberas-diperiksa-bareskrim-polri/ 

Thursday 23 May 2013

Dukungan Untuk KH. Marzuki Mustamar Dalam Menghadapi Gugatan MTA ke Kejagung



Disela-sela kesibukannya berdakwah salah satunya dengan mengisi kuliah umum dan ceramah di Malang Jawa Timur kemarin, KH. Thobary Syadzily al-Bantani, Ketua Umum Tim Sarkub, menyempatkan diri bersilaturrahim ke rumah kediaman KH Marzuki Mustamar, pengasuh Pondok Pesantren "Sabilur Rosyad" Gasek, Karang Besuki, Sukun, Malang, Jawa Timur pada hari Jumat kemarin, 17 Mei 2013.
Dalam silaturrahim itu KH. Thobary Syadzily, yang juga merupakan Ketua Lajnah Falakiyyah PWNU Propinsi Banten dan Anggota Tim Komisi Fatwa dan Hukum MUI Kota Tangerang Banten, berbincang-bincang banyak dengan KH. Marzuki Mustamar. Dalam perbincangan itu di antaranya KH. Marzuki Mustamar berkata kepadanya bahwa beliau siap untuk berdiskusi langsung secara ilmiah di dunia nyata dengan Ahmad Sukino pimpinan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) Solo Jawa Tengah, yang sering menghina amaliah-amaliah Nahdhiyyin dalam penyampaian dakwahnya. Seandainya acara diskusi itu jadi, KH. Thobary Syadzily dan segenap Tim Sarkub lain siap mendampingi beliau.
 
Terkait dengan masalah tuntutan yang diajukan oleh MTA Solo Pimpinan Sukino ke Kejaksan Agung Jakarta, KH Marzuki Mustamar dituntut dan dijerat denga pasal berlapis antara lain :
1. Penyebar fitnah
2. Pencemaran nama baik, institusi dan pribadi
3. Menyebabkan perasaan tidak nyaman
4. Pelanggaran undang undang IT ( penjara 6 tahun )
Berkas tuntutan tersebut sudah masuk di Kapolri dan Jaksa Agung.
Dengan adanya tuntutan tersebut, Tim Sarkub melalui KH. Thobary Syadzily, dan seluruh teman teman khususnya yang berada di wilayah Banten akan mendukung sepenuhnya perjuangan KH Marzuki Mustamar melawan tuntutan yang diajukan MTA Solo ke Kejaksaan Agung Jakarta. [ml/sarkub.com]

KH. Thobary Syadzily dan KH. Marzuki Mustamar di PP. Sabilurrosyad Malang

HARAPAN BAJULMATI: KOPI REMPAH

HARAPAN BAJULMATI: KOPI REMPAH: :: KOPI REMPAH :: Kopi rempah merupakan minuman kombinasi dari beberapa rempah bumi Indonesia yang bermanfaat bagi kebugaran pria dan ...

Kasek TK/PAUD Harapan Bajulmati Telanjang Dada dalam Kartinian 2013

Suasana Peringatan Hari Kartini 2013 di Bajulmati Malang Selatan bagi PAUD Bina Harapan, TK Harapan, TK Tunas Harapan, TK Harapan Bangsa 24 April 2013

http://youtu.be/uVWuwhIUiW8

http://youtu.be/uVWuwhIUiW8

Monday 20 May 2013

DrumBand Dari Pedalaman Malang Selatan-Sexy

Dari pedalaman Malang  Selatan yang ingin maju sejajar dengan daerah lain, walau jarang tersentuh oleh kebijakan. Mereka bangkit dari dirinya sendiri, dengan segala kemampuannya yang mereka miliki, mampu bangkit memberi inspirasi pada dunia
http://youtu.be/Cj4G_YvdVRo

Monday 6 May 2013

KOPI REMPAH


:: KOPI REMPAH ::


Kopi rempah merupakan minuman kombinasi dari beberapa rempah bumi Indonesia yang bermanfaat bagi kebugaran pria dan wanita. Diracik dari ekstra kopi pilihan yang nikmat, dikombinasikan dengan rempah-rempah yang penuh manfaat bagi kebugaran pria dan wanita.


Minuman Kopi Rempah dibuat dari ramuan kopi dan rempah-rempah pilihan yang diproses tanpa menggunakan bahan pengawet dan zat additif lainnya. Minuman Kopi Rempah spesial memiliki aroma dan rasa yang khas kopi dan rempah-rempah.

Manfaat Minuman Kopi Rempah :
* Mengurangi sakit kepala
* Menghangatkan badan
* Menyegarkan tubuh
* Menjaga kebugaran tubuh
* Memberi efek rilex pada tubuh
* Menghilangkan masuk angin

Anda langsung bisa pesan/membeli dengan harga Rp. 20.000,- per botol @100 g.
Belum termasuk ongkir-dalam kota malang gratis ongkir. Pembelian 10 botol dapat diskon 10%. Anda langsung bisa inbox.
 Call 085755572909

Kopi Rempah, Sangat baik untuk Kesehatan. Malang

Sunday 7 April 2013

HARAPAN BAJULMATI: Bajulmati:: Akademi Komunitas

HARAPAN BAJULMATI: Bajulmati:: Akademi Komunitas: Potensi Yang Terpendam Bajulmati adalah sebuah Dusun paling selatan-ujung dari kabupaten Malang, yang berjarak kurang lebih 80 ...

Belajar Kejujuran Dengan Permainan Tradisional



Semua orang mendambakan anaknya mempunyai sifat jujur dalam segala hal, sehingga saat dewasa nanti anak-anak akan mempunyai karakter yang sangat baik dalam hidupnya. Kejujuran merupakan karakter dan sifat positif yang wajib dimiliki setiap orang agar dalam bersikap terhadap segala sesuatu dapat dipertanggung jawabkan secara moral.
Ada wacana dalam dunia pendidikan akan dimasukkan kurikulum yang bermuatan tentang kejujuran, hal ini dilakukan karena melihat fenomena yang berkembang saat ini sangat sulit menemukan ‘orang jujur’ di negeri ini. Indikasinya yang sangat mudah adalah semakin banyaknya para pejabat kita yang melakukan tindak kejahatan korupsi di semua bidang. Pertanyaannya, efektifkah bila ‘pendidikan kejujuran’ tersebut dimasukkan dalam kurikulum? Bukankah orang-orang yang melakukan ‘kejahatan korupsi’ itu berpendidikan tinggi, bahkan banyak lulusan luar negeri?
Pendidikan kejujuran tak harus masuk kurikulum, sebab kejujuran itu adalah sifatnya sangat abstrak dan harus terbentuk dari proses yang panjang. Banyak yang mempengaruhi seseorang bisa berlaku jujur, misalnya keluarga, lingkungan pergaulan, kesempatan dan sistem. Seseorang hidup di keluarga yang yang tidak jujur, bisa dipastikan dia akan menjadi orang yang tidak jujur, begitu juga dengan lingkungan pergaulan yang kebanyakan orang tidak jujur maka dia juga akan mempunyai sikap yang tidak jujur. Sistem, orang yang mempunyai sifat jujur namun bekerja pada sistem yang bobrok, ada kecenderungan/keharusan untuk tidak berlaku jujur, maka dia  akan terbawa/hanyut pada sistem tersebut.
Anak-anak sekarang banyak ‘terampas’ waktunya/kebebasannya oleh sistem pendidikan formal, sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain. Para ahli pendidikan beranggapan bermain:permainan tidaklah penting dan membuang-buang waktu, sehingga akan banyak mengganggu pendidikan formalnya/nilainya jatuh dan sebagainya. Padahal tidak semua anggapan itu benar. Banyak pemainan tradisional yang justru mengandung nilai pendidikan yang sangat tinggi, terutama dalam pembentukan karakter dan sifat positif dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu permainan tradisional yang  bisa penulis hadirkan adalah ‘Bermain Kelereng’. Dalam permainan kelereng banyak pelajaran yang bisa diambil untuk pembentukan karakter seseorang. Permainan kelereng ada ‘aturan’ yang harus ditaati selama permainan, aturan tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan kelompok yang harus ditaati oleh semua kelompok. Aturan dibuat sendiri untuk ditaati sendiri, tidak seperti pejabat kita yang bikin aturan sendiri tapi dilanggar sendiri. Manakala aturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota kelompok permainan, maka buyarlah permainan tersebut.
Pelajaran yang sangat menonjol dalam permainan kelereng tersebut adalah nilai kejujuran, apabila ada salah satu anggota kelompok permainan tersebut TIDAK JUJUR maka permainan dipastikan akan berakhir. Ternyata pelajaran kejujuran tidak bisa hanya diteorikan semata di dalam kelas, tapi harus langsung dipraktikkan, seperti dalam permainan kelereng tersebut. Dalam permainan kelereng memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan karakter dan sikap positif dalam segala aktifitasnya terutama sifat kejujuran dan fairness. Kebiasaan bersikap dengan nilai-nilai yang benar merupakan landasan yang kuat dalam menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang.
Hikmah yang bisa diambil dari permainan kelereng diantaranya:
1. Menanamkan nilai-nilai Kejujuran
2. Mengatur Emosi
3. Melatih Kemampuan Motorik
4. Melatih Kemampuan Berfikir/kecerdasan logis (kognitif)
5. Mengembangkan Kemampuan Sosial (berkelompok)
6. Kemampuan Berkompetisi-siap menang dan siap kalah
Bermain kelereng tidak sekedar bermain yang main-main?  []

Monday 18 March 2013

Bajulmati:: Akademi Komunitas



Potensi Yang Terpendam

Bajulmati adalah sebuah Dusun paling selatan-ujung dari kabupaten Malang, yang berjarak kurang lebih 80 KM dari pusat kota Malang atau 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Bajulmati masuk Desa Gajahrejo Kecamatan Gedangan  Kabupaten Malang. Bajulmati bisa kita tempuh dengan perjalanan melalui Kecamatan Turen terus ke arah Kecamatan Sumbermanjing Wetan menuju Pantai Sendangbiru, setelah itu ke arah barat menuju Bajulmati yang berjarak sekitar 7 KM dari Sendangbiru. Begitu memasuki wilayah Bajulmati, anda akan disambut dengan kemegahan Jembatan Bajulmati yang begitu mempesona-kepenatan selama perjalanan akan terobati oleh sambutan lambaian Jembatan Bajulmati yang nan elok pemandangannya. Letak geografisnya yang begitu jauh dari hiruk pikuk keramaian ternyata menyimpan banyak potensi yang -wajib-diketahui oleh banyak orang. Dalam potensi alamnya, kultur masyarakatnya maupun perkembangan pendidikannya.  Mengundang rasa ingin tahu.

Orang tidak akan tertarik sama sekali terhadap Bajulmati kalau belum pernah mendengar cerita tentang Bajulmati atau melihat secara langsung kehidupan Bajulmati yang sebenarnya. Namun apabila sudah melihat dari dekat tentang Bajulmati, maka sulit rasanya untuk meninggalkan Dusun yang kecil dan pinggiran tersebut. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari dusun terpencil tersebut.

Bajulmati memang Dusun Pinggiran, namun tak mau terpinggirkan oleh perkembangan zaman, tidak mau ketinggalan dari daerah lain yang sudah lebih maju. Masyarakatnya yang ramah, anak-anaknya yang semangat untuk maju membuat Bajulmati menjadikan  dusun yang banyak diperbincangkan oleh orang-orang yang pernah berkunjung kesana, seakan mereka ingin 1000 kali lagi datang ke Bajulmati.

Di Bajulmati ada Pemberdayaan, Pendidikan, Keagamaan, Kemasyarakatan, Wisata yang alami, Kearifan Lokal yang mulai sulit kita temukan di tempat lain.
Pemberdayaan ekononomi, kewirausahaan dan kelompok-kelompok belajar usaha. kegiatan ini untuk menekan angka urbanisasi dan mengurangi minat masyarakat untuk pergi ke luar negeri menjadi TKI/TKW. Masyarakat mulai meraskan program ini, betapa besar potensi alam yang ada di lingkungannya sendiri tanpa harus urbanisasi dan menjadi TKI/TKW.

Bajulmati saat ini menjadi sorotan tentang perkembangan pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat lokal tanpa sentuhan dari pihak pemerintah, mereka menyelenggarakan pendidikan berbasis komunitas/akademi komunitas. Mereka mengajarkan pertanian tidak perlu mahal-mahal memanggil sarjana pertanian atau Profesor pertanian, tapi cukup memanggil ‘Prof. paijo’ petani setempat untuk mengajari bertani yang baik dan sukses di lingkungannya. ‘Prof. Paijo’ yang paham benar tentang karakter tanah, perubahan musim, tanaman yang cocok untuk lingkungannya- akan mengajari secara detail di lapangan-praktek lansung. Sehingga ‘terapi’ yang berikan oleh ‘Prof. Paijo’ begitu menyasar dengan kondisi dan situasi daerah Bajulmati, tanpa harus identifikasi, analisa dan sebagainya terhadap apa yang harus dilakukan oleh petani.

Potensi Wisata: Pantai yang elok/alami, Menyusuri Sungai, Ekspedisi 1000 Goa, Out Bond. Semuanya masih alami dan betul-betul mengundang decak kagum. Semuanya dipandu oleh tenaga yang terlatih secara alami.

Tokoh dibalik itu, ada Mahbub Junaidi (penulis), Shohibul Izar. Keduanya sudah 20 tahun lebih ‘membangun’ Bajulmati lewat Pendidikan dan kemasyarakatan. Dua orang tersebut berasal dari Mojokerto-Jawa Timur yang mendedikasikan dirinya demi kemajuan Bajulmati. Mahbub Junaidi dan Shohibul Izar di Bajulmati sejak Juli 1989 tanpa ada yang menggaji dan tidak mempunyai pekerjaan tetap kecuali memikirkan kemajuan pendidikan di Bajulmati dan sekitarnya. Keduanya sudah sangat melekat di hati masyarakat Bajulmati sebagai tokoh dalam segala hal.

Ternyata masih ada orang yang peduli terhadap nasib bangsa ini tanpa mengharap imbalan suatu apapun. Sangat mustahil rasanya di zaman yang serba uang ini masih ada orang mau ‘bekerja’  tanpa digaji oleh pihak manapun dan tak pernah sedikitpun tergiur oleh ‘iming-iming’ jabatan/predikat duniawi, padahal keduanya adalah sarjana. [ ]




Thursday 7 March 2013

KH. Marzuki Mustamar, Imam Besar DENSUS 26 - Singa Pembela Aswaja dari Malang Jawa Timur

KH. Marzuki Mustamar-Imam Besar DENSUS 26

Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi, hampir tiada waktu tanpa berdakwah. Di usianya yang masih muda, sangat energik dalam setiap penampilannya namun tetap santun terhadap siapapun, terutama kepada Kyai-kyai sepuh di kalangan NU. Bahkan kepada santri sekalipun tetap santun. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau.


Rajin Ngaji Sejak Kecil

Kyai Marzuki lahir di kota Blitar, di desa kecil, Karangsono Kecamatan Kanigoro. Sungguh beruntung Kyai Marzuki karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai  Siti Zainab ini mulai belajar  al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.

Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin

Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu  nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih  kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP.

Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau  mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan.

Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.


Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH. Masduqi Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono-Malang. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya KH. Masduqi Mahfudz memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. "Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Selain itu, Kyai Marzuki juga beruntung, karena beliau seringkali  diminta untuk mendampingi dakwah KH. Masduqi Mahfudz saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai Marzuki mulai mengetahui betapa beratnya tugas seoarang ulama dalam mengayomi ummat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah dan Ketua MUI Jawa Timur saat itu, Kyai Marzuki belajar akan keistikomahan menjadi seorang guru.  KH.  Masduqi Mahfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuki.

Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuki sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan  belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana, Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu mengajar di Pesantren Nurul Huda, Mergosono-Malang dan melanjutkan kuliah S-1.

KH. Marzuki Bersama guru beliau, KH. Masduqi Mahfudz

 Membangun Rumah Tangga dan Pesantren

Pada tahun 1994, Kyai Marzuki memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santri putri Pondok Nurul Huda, Mergosono-Malang  yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kyai Marzuki sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).

Selang satu bulan setelah menikah, Kyai Marzuki bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuki memilih  daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.

Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuki mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuki bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.

Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke majid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki juga aktif di berbagai organisasi kegamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. 


Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh  beliau menyusun sebuah  kitab (AL MUQTATHOFAT LI AHLIL BIDAYAT), tentang dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai KH. Baidhowi Muslih, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan "Hujjatu NU". "Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU" Demikian pernyataan KH. Baidhowi Muslih dalam beberapa kesempatan. 
   
Akhir-akhir ini beliau banyak memberikan pelatihan/pemahaman Ahlus Sunnah Waljamaah di berbagai daerah seluruh Indonesia, melalui DENSUS 26 (pendidikan Khusus Dai Ahlus Sunnah Wal Jamaah 1926), yakni khataman kitab beliau (Al Muqtathofat Li Ahlil Baidayat) selama 2 hari di tiap-tiap kota, baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur bahkan di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Aktifitas Beliau di DENSUS 26
  
Disamping itu beliau juga membina kelompok pengajian Cangkru'an Gus Dur di berbagai daerah, Lamongan, Mojokerto(Mojopahit Raya), Nganjuk, Malang Raya. Khusus di Malang Raya dan Mojopahit Raya jamaahnya sangat beraneka ragam kalangan, ada yang seorang Doktor, pejabat, santri biasa, orang awam bahkan ada yang mantan anak jalanan dan kelompok-kelompok yang tadinya  terjerumus pada lembah hitam. Berkat sentuhan tangan dingin beliau, menjadikan mereka (jamaah) menjadi istiqomah dalam menuntut ilmu/mengaji.



 Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai Marzuki dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta.


Curriculum Vitate
 Nama        : KH. Marzuki Mustamar

TTL            : Blitar, 22 September 1966       

Alamat      : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446

Pendidikan:

1.      TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar  tahun 1972

2.      MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979

3.      SMP Hasanuddin, Tahun 1982

4.      MAN Tlogo, Tahun 1985

5.      PP. Nurul Huda, Mergosono, Malang        

6.      LIPIA Jakarta, Tahun 1988

7.      S-1 IAIN Malang, Tahun 1990

8.      S-2 UNISLA Tahun, 2004    

Istri: Hj. Saidah

Putra-Putri:

1.      Habib Nur Ahmad

2.      Diana Nabila

3.      Millah Shofiya

4.      M. ‘Izzal Maula

5.      ‘Izza Nadila

6.      Rossa Rahmania             

7.      Dina Roisah Kamila

Jabatan:

1.      Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang

2.      Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad

3.      Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang

4.      Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

5.      Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab



Semoga Manfaat dan Menginspirasi pada kita semua untuk selalu berbuat baik
Sumber : http://www.pesantren-gasek.net/index1.php?kode=25

Wednesday 6 March 2013

Menuntut Ilmu::Belajar Sepanjang Masa

Belajar Tak Mengenal Usia
Kita mempunyai kewajiban untuk BELAJAR, bukan kewajiban untuk Pandai/Pinter
Sebab kalau BELAJAR tidak ada batas ruang dan waktu, sedangkan kalau sudah pandai atau pinter maka akan terbatasi oleh jangka waktu

Saturday 23 February 2013

KH. Marzuki Mustamar, Imam Besar DENSUS 26 - Sosok Kyai Yang Banyak dicari Oleh Kawan Dan Lawan

KH. Marzuki Mustamar-Imam Besar DENSUS 26




Curriculum Vitate
 Nama        : KH. Marzuki Mustamar

TTL            : Blitar, 22 September 1966       

Alamat      : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446

Pendidikan:

1.      TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar  tahun 1972

2.      MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979

3.      SMP Hasanuddin, Tahun 1982

4.      MAN Tlogo, Tahun 1985

5.      PP. Nurul Huda, Mergosono, Malang        

6.      LIPIA Jakarta, Tahun 1988

7.      S-1 IAIN Malang, Tahun 1990

8.      S-2 UNISLA Tahun, 2004    

Istri: Hj. Saidah

Putra-Putri:

1.      Habib Nur Ahmad

2.      Diana Nabila

3.      Millah Shofiya

4.      M. ‘Izzal Maula

5.      ‘Izza Nadila

6.      Rossa Rahmania             

7.      Dina Roisah Kamila

Jabatan:

1.      Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang

2.      Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad

3.      Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang

4.      Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

5.      Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab

 

Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau.


Rajin Ngaji Sejak Kecil

Kyai Marzuki lahir di kota Blitar, di desa kecil, Karangsono Kecamatan Kanigoro. Sungguh beruntung Kyai Marzuki karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai  Siti Zainab ini mulai belajar  al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.

Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin

Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu  nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih  kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP.

Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau  mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan.

Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.


Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH. Masduqi Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono-Malang. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya KH. Masduqi Mahfudz memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. "Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Selain itu, Kyai Marzuki juga beruntung, karena beliau seringkali  diminta untuk mendampingi dakwah KH. Masduqi Mahfudz saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai Marzuki mulai mengetahui betapa beratnya tugas seoarang ulama dalam mengayomi ummat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah dan Ketua MUI Jawa Timur saat itu, Kyai Marzuki belajar akan keistikomahan menjadi seorang guru.  KH.  Masduqi Mahfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuki.

Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuki sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan  belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana, Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu mengajar di Pesantren Nurul Huda, Mergosono-Malang dan melanjutkan kuliah S-1.


KH Marzuki Mustamar bersama guru beliau,  KH. Masduqi Mahfudz


Membangun Rumah Tangga dan Pesantren

Pada tahun 1994, Kyai Marzuki memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santri putri Pondok Nurul Huda, Mergosono-Malang  yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kyai Marzuki sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).

Selang satu bulan setelah menikah, Kyai Marzuki bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuki memilih  daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.

Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuki mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuki bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.

Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke majid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki juga aktif di berbagai organisasi kegamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. 

Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh  beliau menyusun sebuah  kitab (AL MUQTATHOFAT LI AHLIL BIDAYAT), tentang dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai KH. Baidhowi Muslih, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan "Hujjatu NU". "Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU" Demikian pernyataan KH. Baidhowi Muslih dalam beberapa kesempatan. 

   
Akhir-akhir ini beliau banyak memberikan pelatihan/pemahaman Ahlus Sunnah Waljamaah di berbagai daerah seluruh Indonesia, melalui DENSUS 26 (pendidikan Khusus Dai Ahlus Sunnah Wal Jamaah 1926), yakni khataman kitab beliau (Al Muqtathofat Li Ahlil Baidayat) selama 2 hari di tiap-tiap kota, baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur bahkan di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Aktifitas Beliau Pada Densus 26     








Disamping itu beliau juga membina kelompok pengajian Cangkru'an Gus Dur di berbagai daerah, Lamongan, Mojokerto(Mojopahit Raya), Nganjuk, Malang Raya. Khusus di Malang Raya dan Mojopahit Raya jamaahnya sangat beraneka ragam kalangan, ada yang seorang Doktor, pejabat, santri biasa, orang awam bahkan ada yang mantan anak jalanan dan kelompok-kelompok yang tadinya  terjerumus pada lembah hitam. Berkat sentuhan tangan dingin beliau, menjadikan mereka (jamaah) menjadi istiqomah dalam menuntut ilmu/mengaji.





 Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai Marzuki dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta.


Sumber : http://www.pesantren-gasek.net/index1.php?kode=25